19 Aug 2025

3 Kesalahan Fatal Perusahaan Saat Mengadakan Training Karyawan

Ditulis oleh Dedi Vitra Johor – ASB Indonesia

Training karyawan sudah menjadi bagian penting dalam strategi pengembangan perusahaan. Banyak pimpinan menyadari bahwa karyawan yang terus belajar akan memberi dampak positif pada produktivitas, loyalitas, dan pertumbuhan bisnis.

Namun, faktanya tidak semua program training menghasilkan perubahan nyata. Ada perusahaan yang sudah berinvestasi besar, tetapi karyawan kembali bekerja tanpa membawa perubahan signifikan. Akhirnya, training dianggap hanya “acara seremonial” tanpa dampak.

Lalu, di mana letak masalahnya?
Seringkali, kegagalan training karyawan disebabkan oleh 3 kesalahan fatal yang masih banyak dilakukan perusahaan. Mari kita bahas satu per satu.


1. Training Tidak Sesuai Kebutuhan Nyata Karyawan

Banyak perusahaan memilih topik training hanya berdasarkan tren, atau sekadar mengikuti program yang ditawarkan vendor, tanpa memetakan kebutuhan spesifik timnya sendiri.

Akibatnya, materi yang diberikan tidak relevan dengan tantangan sehari-hari yang dihadapi karyawan. Misalnya, tim sales diberikan training motivasi umum, padahal yang mereka butuhkan adalah strategi negosiasi praktis atau cara membangun hubungan dengan klien.

👉 Solusi: lakukan training needs analysis terlebih dahulu. Dengan memahami gap kompetensi, perusahaan bisa memastikan materi training benar-benar menjawab masalah yang ada.


2. Tidak Ada Tindak Lanjut Setelah Training

Kesalahan kedua adalah menganggap training selesai setelah sesi berakhir. Padahal, pembelajaran tidak berhenti di ruang seminar.

Tanpa tindak lanjut, semangat karyawan yang muncul saat training akan cepat menguap. Inilah sebabnya banyak perusahaan berkata, “Awalnya semangat, tapi setelah seminggu kembali seperti biasa.”

👉 Solusi: buat sistem tindak lanjut. Misalnya, coaching singkat, monitoring oleh atasan langsung, atau sesi follow-up setiap bulan. Dengan begitu, materi training bisa benar-benar terintegrasi ke dalam budaya kerja perusahaan.


3. Terlalu Banyak Teori, Minim Praktik

Salah satu alasan karyawan merasa jenuh dengan training adalah karena materi yang diberikan terlalu teoretis. Mereka mendengarkan banyak konsep, tetapi tidak tahu bagaimana mengaplikasikannya dalam pekerjaan sehari-hari.

Padahal, esensi training adalah membekali karyawan dengan keterampilan praktis. Jika karyawan bisa langsung mencoba teknik baru dalam pekerjaannya, hasilnya akan lebih terasa.

👉 Solusi: gunakan metode experiential learning—training berbasis pengalaman, studi kasus, simulasi, roleplay, atau diskusi problem nyata. Dengan cara ini, karyawan tidak hanya belajar, tetapi juga berlatih dan merasakan dampaknya langsung.


Training yang Berdampak: Bukan Sekadar Acara, Tapi Investasi

Bila perusahaan ingin training karyawan benar-benar berdampak, maka tiga kesalahan di atas harus dihindari. Training harus:

  • Relevan dengan kebutuhan nyata.
  • Berlanjut melalui tindak lanjut yang terstruktur.
  • Aplikatif, bukan sekadar teori.

Ketika tiga hal ini dijalankan, training tidak lagi dianggap sebagai biaya, melainkan investasi jangka panjang yang memberi keuntungan nyata bagi perusahaan.


Penutup

Perusahaan yang sukses bukanlah yang hanya punya karyawan pintar, tetapi juga karyawan yang terus berkembang dan siap menghadapi tantangan baru.

Jangan sampai training yang seharusnya menjadi momen penting justru berakhir sia-sia. Dengan memilih program pelatihan yang tepat, memastikan tindak lanjut, dan mengutamakan praktik nyata, perusahaan akan melihat perubahan signifikan pada performa timnya.

Pelatihan kami di ASB Indonesia dirancang aplikatif, sehingga karyawan langsung bisa praktek dan perusahaan mendapatkan hasil nyata. Hubungi Kami segera di 08116615-551


✍️ Ditulis oleh Dedi Vitra Johor – ASB Indonesia, Pengusaha | Motivator